Siang hari di tepi pantai Jakarta. Bukan berenang, bukan liburan, hanya saja melepas penat dari kamar yang begitu-gitu saja. Ramai berbondong-bondong orang-orang ke pantai. Sementara saya, hanya seorang diri. Merasa sepi di keramaian. Merasa sendiri di tengah banyaknya orang.
Berbekal uang sisa thr, uang sisa PKL dan uang kas serta tekad yang bulat, saya rasa ini jalan yang terbaik yang dibuat oleh-Nya. Duduk di bebatuan tepian pantai menunggu senja sambil menikmati teh botol sosro dingin yang baru saja di ambilkan oleh mbak-mbak pedagang minuman. Terdengar jelas alunan lagu yang tidak saya ketahui. Sambil merebahkan kaki yang sudah terhitung 4x muter-muter pantai yang capeknya bukan main. Serasa telapak kaki tertusuk-tusuk, betis yang mengeras, dengkul yang pegal, dan pinggul yang ingin copot.
Rencana hari ini ingin menikmati pantai saat malam hari. Mudah-mudahan di lancarkan. Hari ini saya cukup senang dan cukup sedih. Senangnya bisa keluar rumah, dan yang sedih, harus sendirian. Lagi-lagi sendiri menemani. Tak luput, bosan dan sepi ikut menghampiri.
Andai saja ada yang menemani. Pasti jauh lebih baik dari ini. Ingatlah Danang. Tepat pada sabtu, 14 juli 2018, tepat jam 12:54 kamu pernah panas-panasan di Ancol, sendirian, di ujung pantai, persis di depan dermaga dan tentunya, menulis ini.
0 Komentar