Jakarta – Festival Kebudayaan Betawi kembali digelar bersamaan
dengan ulang tahun ketiga Forum Komunikasi Budaya Betawi (FKBB) disepanjang jalan Sulaiman, Rawa Belong, Jakarta Barat (22/12/2019).
Forum Komunikasi Budaya Betawi (FKBB) menggelar
Festival Kebudayaan Betawi di Rawa Belong. Acara ini berlangsung pada pukul
09:00 – 23:00 WIB disepanjang jalan Sulaiman. FKKB mengadakan acara ini untuk
memperingati milad ketiga FKKB dan mengusung sebuah Festival Kebudayaan Betawi.
Kegiatan bermula saat adanya beberapa orang dengan baju pangsi yang beradu pantun, lalu dilanjutkan dengan atraksi bertarung. Tak lupa, pertunjukkan tersebut diiringi oleh gendang hadroh. Dalam kebudayaan Betawi, hal ini disebut dengan palang pintu. Fahira Idris, selaku anggota DPD RI turut memeriahkan acara tersebut.
Penari menunggu giliran untuk tampil. (Foto/Danang Arief) |
Acara yang sedikit molor, membuat beberapa penampil menunggu cukup lama. Terlihat beberapa penari yang masih belia menunggu gilirannya tampil. Anak-anak cenderung tidak sabar dan terkadang perasaannya yang cepat berubah-ubah. Ini bisa jadi bahan pertimbangan bagi panitia, setidaknya lebih diperhitungkan kembali.
Tiga penari Sirih Kuning yang sedang pentas. (Foto/Danang Arief) |
Penampilan orkes gambang kromong serta tari Sirih Kuning menjadi daya tarik bagi
saya. Karena pertunjukkannya di panggung, hal tersebut memacu saya untuk
belajar fotografi panggung. Ini merupakan kali pertama saya memotret fotografi
panggung. Walau hanya panggung kecil, saya harap kedepannya saya dapat
menggembangkan diri jauh dari ini.
Saya belajar bagaimana cara memotret tapi tidak
menghalangi tamu yang hadir. Berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan sudut
pandang yang saya rasa tepat. Akhirnya saya mencoba cerita dari pengalaman
dosen fotografi Politeknik Negeri Jakarta, Tagor Siagian.
Beliau sering bercerita bahwa memotret fotografi
panggung dari samping. Beliau juga sering berkata bahwa hati-hati terhadap
pengeras suara (sound system). Dampak
dari pengeras suara sangat amat berbahaya, yakni penurunan fungsi pendengaran.
Saya mencoba memotret dari samping panggung dan
benar, disamping kanan saya persis terdapat pengeras suara. Ditambah lagi, di
kiri saya terdapat orkes gambang kromong yang sedang bermain. Rasanya luar
biasa.
Suasana sepanjang jalan Sulaiman. (Foto/Danang Arief) |
Beberapa tenda dan payung besar pedagang mulai terpasang disepanjang jalan Sulaiman. Padahal dari hulu jalan sudah diperingatkan bahwa jalan Sulaiman akan ditutup sementara. Namun, masih banyak pengendara motor yang melintasi jalan Sulaiman
Pedagang kerk telor di jalan Sulaiman. (Foto/Danang Arief) |
Kerak telur, menjadi incaran saya. Saya memesan
kerak telur dengan telur bebek. Selagi menunggu, saya memotret Pak Abdul yang
sedang memasak. Harga perporsi kerak telur Rp.25.000,-. Saya tidak berani
nawar, saya tidak tega.
Kemudian saya menghampiri tenda pedagang dodol.
Beruntung saya mendapatkan foto itu saat Bang Sofyan sedang mengaduk dodol di
kualinya yang besar tersebut. Namun saya tidak membeli dodol tersebut. Uang
saya telah saya berikan pada Pak Abdul tadi.
Sayang, beberapa sampah terlihat dipesisir tenda.
Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Saya takut sampah-sampah bertebaran dan
masuk dalam kuali. Untung saja hal-hal yang saya takuti tidak terjadi.
Tenda pedagang baju Tionghoa di jalan Sulaiman. (Foto/Danang Arief) |
Lanjut ke tenda selanjutnya, tiba-tiba mata saya
tertuju pada satu tenda. Tenda tersebut menjual busana khas Tionghoa. Diantara
sekian banyak tenda-tenda kebudayaan Betawi, hanya satu tenda ini saja yang
berbeda. Saya pun dibuat kaget olehnya. Karena tenda ini menarik, maka dari itu
saya memotretnya.
0 Komentar