Ilustrasi jurnalisme selfie (Foto/Blibli.com) |
Selfie Journalism merupakan terobosan baru dalam dunia jurnalistik. Di mana, wartawan dapat melakukan peliputan seorang diri tanpa dibantu oleh juru kamera. Mereka dapat menyiarkan langsung ditempat kejadian perkara menggunakan kamera ponsel mereka. Aktual dan kecepatan menjadi keunggulannya. Mereka bisa dengan tangkas melakukan peliputan. Cara kerja mereka pun dinilai lihai karena mereka bisa seorang diri membuat sebuah berita tanpa dibantu oleh juru kamera. Kini media pun dapat menghemat pemasok karyawannya karena wartawan dituntut untuk dapat melakukan serangkaian pekerjaan seorang diri (multitasking).
Wartawan pun mendapatkan manfaat dari adanya Sefie Journalism. Mereka jadi cepat melakukan sebuah peliputan. Berita yang dihasilkan menjadi aktual dan cepat. Sehingga masyarakat bisa dengan cepat mendapatkan informasi tersebut. Masyarakat tidak perlu menunggu waktu lama untuk tahu informasi terbaru. Kecanggihan teknologi dapat menunjang kinerja seorang wartawan.
Seperti contoh Soleh Solihun yang dulu pernah menjadi jurnalis dan kini menjadi komedian. Dalam kanal YouTube-nya, ia membuat sesi tanya jawab yang dinamai dengan The Soleh Solihun Interview. Soleh melakukan wawancara dengan narasumbernya menggunakan Selfie Journalism. Baginya, cara ini dapat membuat akrab dengan sang narasumber karena jarak Soleh dan narasumber berdekatan dan dikurung dalam frame yang sama. Wawancara tersebut menjadi unik dan menarik karena jarang masyarakat melihat sesuatu yang beda. Apa lagi Soleh mengemas dengan gaya komedinya.
Selfie Journalism juga harus memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik itu sendiri. Kaidahnya diantara lain adalah harus memuat unsur 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Selain itu, harus berdasarkan fakta dan kebenaran. Tidak asal meliput dan mengkesampingkan fakta yang ada. Bahas pun yang digunakan harus singkat, padat, dan jelas. Sehingga pembaca dapat dengan mudah menerima dan memahami beritanya.
Hal ini juga dikemukakan oleh Bagir Manan yang merupakan Ketua Dewan Pers pada periode 2013-2016. Beliau mengatakan bahwa harus menjunjung tinggi kaidah jurnalistik. Apabila tidak menjunjung tinggi prinsip tersebut, maka sama saja meruntuhkan itu sendiri. Maka dari itu, kaidah dan prinsip jurnalistik harus tetap dipegang teguh oleh wartawan. Apapun teknologi dan kecanggihannya, jangan lupa kaidah dan prinsip jurnalistik. Hal tersebut dapat menjadi pedoman bagi wartawan itu sendiri. Sehingga, mereka tidak hilang pegangan dan tetap pada pedomannya, yakni kaidah dan prinsip jurnalistik.
Sekarang ini, mungkin jarang melihat Selfie Journalism, baik di televisi maupun pada media daring yang menyuguhkan berita melalui video. Pasalnya, Selfie Journalism dinilai aneh oleh para wartawan. Anehnya, mereka harus memegang ponsel atau ditambah alat bantu berupa tongsis. Mungkin, wartawan beranggapan bahwa kurang umum mereka melihat hal tersebut. Padahal gebrakan baru ini dapat mempermudah wartawan untuk melakukan liputan. Mereka cukup menggunakan ponsel untuk melakukan peliputan. Selain itu, cara ini juga cukup efektif dan efisien. Mereka bisa melakukan peliputan dan tanpa didukung juru kamera.
Kelemahan dari Selfie Journalism ini adalah dinilai terkesan amatir. Bagaimana tidak, wartawan terlihat kurang siap karena hanya menggunakan kamera ponsel saja. Padahal yang diketahui, Selfie Journalism ada keunggulannya. Selfie Journalism dapat melaporkan sebuah peristiwa ditempat kejadian perkara. Mereka dapat melakukan siaran langsung saat itu juga tanpa harus melewati proses panjang seperti pada peliputan umumnya. Pemanfaatan teknologi dan wartawan dapat berkolaborasi dan menjadi kunci dari Selfie Journalism.
Selain itu, kelemahan lain dari Selfie Journalism adalah kualitas audio dan video yang terbatas. Perekaman audio pada ponsel tidak sebagus pada kamera atau handycam. Maka dari itu, masalah audio bisa teratasi dengan menambahkan perekam audio eksternal pada ponsel. Sedangkan dari segi visual, jelas ponsel kalah telak dengan kamera. Ponsel tidak bisa melakukan pengambilan video dengan jarak jauh. Sehingga, harus secara dekat sekali dengan objek jika ingin mengambil video atau foto yang detail. Selain itu, jangan mengambil video dengan goyang. Hal tersebut akan membuat yang melihat menjadi pusing karena videonya goyang-goyang.
0 Komentar